Selasa, 17 November 2015

Tradisi Pernikahan : Anak Pusako KOTO GADANG

Pernikahan Tradisi Minangkabau
Tradisi pernikahan menjadi salah satu yang tidak bisa lepas dari kata " prosesi " entah itu prosesi panjang atau sekedar ada saja alias mengambil yang penting dan mampu dilakukan. Salah satu yang unik dan menarik untuk diketahui adalah Pernikahan Minangkabau " KOTO GADANG "

Salah satu etnis Minangkabau yang berada di Nagari Koto Gadang, memiliki tradisi dan busana pengantin sendiri.
Secara garis besar, tradisi pengantin Koto Gadang punya kesamaan baik dengan etnik Minangkabau umumnya. Hanya saja prosesi Koto Gadang lebih simpel.
Simak yu tata cara dan tradisi pernikahan secara adat Nagari Koto Gadang. 

- Mencari Jodoh, saat anak gadis mereka  menginjak dewasa. Orang tua dan kerabat akan mencarikan calon untuk anak gadis mereka. Saat mengetahuinya biasanya akan diadakan pertemuan musyawarah keluarga saat malam hari dengan maksud agar tetangga tidak mengetahuinya. 

- Maresek-resek, setelah jodoh yang sekiranya sesuai telah mereka temukan, maka langkah selanjutnya adalah menghubungi orang tua si calon atau dikenal dengan istilah Maresek-resek atau penjajakan. Biasanya yang ditugaskan menemui orang tua sang calon adalah kerabat atau keluarga ( bukan orang tua sang gadis ) biasanya setelah utusan keluarga gadis menyampaikan maksud tujuan maka orang tua calon akan berunding dulu dengan kerabat dan keluarga lainnya sehingga butuh waktu untuk memutuskannya. 
Bila mereka menyetujui perjodohan tersebut, mereka akan menyampaikan berita tersebut kepada putranya. Jika putranya setuju maka akan disampaikan kepada pihak sang gadis, utusan dari pihak gadis akan menanyakan " kapan kami akan mengantarkan tanda atau Ma Antakan  Tando " . Hmm apa itu Ma Antakan Tando ? 

- Ma Antakan Tando, ini artinya tanda perjodohan. Sebalikny di pihak laki-laki membicarakan tentang persiapan dan meninggu pihak kerabat calon pengantin laki-laki ( jadi tradisi Koto Gadang ini adalah wanita yang meminang ). Pada hari yang telah disepakati, datanglah 3 orang wanita yang terdiri dari unsur keluarha pihak ayah, saudara perempuan ibu dan orang kampung. Dipihak laki-laki juga demikian ditambah dengan orangtua ( ibu calon pengantin laki-laki ). Setelah dijamu, kerabat gadis ini membawakan tando berupa Salapah Rokok  atau tembakau. Setelah diterima pihak laki-laki maka pihak perempuan akan menanyakan kapan kedua belah pihak mengadakan Manakuak ( menentukan ) hari H pernikahan. 

- Upacara Pernikahan, anak Nagari Koto Gadang biasanya melakukan upacara pernikahan pada siang hari menjelang shalat dzhuhur dirumah calon mempelai wanita. Para penjemput calon mempelai pria atau Marapulai, ini membawa Boko (kotak box ) berisi pitih pan japuik atau uang sebagai tanda penjemputan, ini juga sebagai tanda penghormatan untuk kedua belah pihak.

- Menjemput Calon Mempelai Pria,  prosesi ini dianggap paling penting dalam rangkaian pernikahan menurut adat Minangkabau. Para penjemput menyerahkan bawaan-bawaan mereka. Setelah itu calon mempelai pria boleh dibawa ke calon mempelai perempuan. Baju yang dikenakan kakek, paman dan saudara laki-laki adalah baju adat yakni celana panjang, ikat pinggang berjumbai, baju gadang indak basamek, kain selendang yang dipasang diatas bahu kiri melewati bahu kanan, destar yang menutup kepala, dan sandal tarompah. Sementara paman muda memakai jas hitam dan menyandang kain sarung siriah. 

- Akad Nikah, dilaksanakan dengan syariat islam ( menurut agama yang dianut ) bila calon mempelai wanita tidak hadir, maka hanya diwakili ayahnya. Setelah akad nikah selesai dilanjutkan dengan makan bersama atau makan bajamba yakni bersama-sama duduk melingkar terdiri dari 5-6 orang setiap lingkaran sembari menyantap makanan yang dihidangkan ditengah.

- Batandang, keesokan harinya dimalam hari sekitar pukul 20.00 datanglah anak daro dan marapulai kerumah Bako-nya. Dirumah Bako ini biasanya telah diundang anak-anak muda untuk menemani anak daro dan marapulai mengobrol. Saat Batandang ini pasangan pengantin memakai baju suto, yaitu baju yang terbuat dari kain sutra. Keesokan harinya orang tua marapulai lah yang menjemput anak daro dan mneyuruh mereka bertandang malam hari, mereka diperlakukan sama dengan apa yang mereka alami di rumah Bako Marapulai kemarin.
ps : Anak daro adalah pengantin perempuan sedangkan marapulai adalah sebutan untuk pengantin laki-laki

Pernikahan di indonesia yang kaya adat tradisi, banyak hal yang belum tergali tentang kekayaan tradisi indonesia dalam hal pernikahan. Unik dan asik untuk disimak.
Kalau teman-teman lebih suka tradisional atau modern ?
Well, apapun adat,tradisi atau konsep pernikahanmu semoga bahagia selalu ya :)



7 komentar:

  1. Mirip Omiai di Jepang, ada acara dijodohkan segala :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa betul hihi. Omiai ya namanya di Jepang ? Lucu ya namanyaa

      Hapus
  2. Meresek-resek kalo org jakarta beda artinya ya.. rese' dalam arti negatif hihih

    BalasHapus
    Balasan
    1. HIhi iya maresek-resek bisa jadi arti rese banget yaa hihi

      Hapus